Senin, 28 April 2008

Luput dari bahaya kebakaran pasar Pabean




Tahun 2004 yang lalu bulan oktober hari sabtu. Saya ditelpon oleh kakak saya. Saat itu sudah dini hari sekitar pukul 01.00. dia memberitahu saya, pasar Pabean sudah terbakar! Apinya dekat rumah kita, langsung saya naik sepeda motor menuju rumah kami di Jl. Ketapang III. Rumah saya dan kakak saya berdampingan , dan di jalan ini banyak toko para pedagang kain, sedangkan di bagian belakang ada toko palawija.
Dalam perjalanan saya menuju kerumah saya begitu kuatir akan rumah kami, tetapi di tengah-tengah perjalanan, saya terus berdoa. Seketika saya sampai digang 2 arah rumah, ada banyak polisi dan kegelapan yang diakibatkan oleh asap. Saya bertemu suami dan melihat bahwa api sebentar lagi akan melahap rumah kami, kerena api sudah membakar toko-toko kain tinggal jarak dua rumah saja antara api dengan rumah kami. Suami saya dalam kekuatirannya bertanya apa yang harus dilakukan, secara reflek saya mengajak suami berdoa kepada Tuhan dan menelpon hamba-hamba Tuhan yang saya kenal untuk membantu dalam doa. Tidak lama kemudian api tadi berpindah arah, mengarah kepada bangunan lain. Suatu mujizat terjadi, dan dengan bantuan orang-orang sekitar bersama dengan PMK, akhirnya api bisa dipadamkan.
Saya sangat mengucap syukur, semuanya ini berkat dukungan dan bantuan doa dari saudara-saudara dan hamba-hamba Tuhan. Firman Tuhan mengatakan “berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku”(Mazmur 50:15). Percayalah bahwa Tuhan itu baik, mujizat dan pertolongan-Nya akan datang tepat pada waktu-Nya. Terpujilah Tuhan! Amin.
(sumber; bulletin GKA Gloria edisi #03 desember2)

Karya Tuhan di balik Empat kali “kegagalan” kandungan.



Hampir 2 tahun pengobatan virus ini oleh dokter kandungan dan dokter andorologi. Untuk mengendalikan emosi saya juga dirawat oleh dokter neurologi supaya meminimisasi efek physkis.
Semangat dan harapan mempunyai anak masih sangat kuatir bagi kami berdua. Dengan pengaobatan dan pemeriksaan rutin yang kjami lakukan menambah percaya diri apalagi didukung olerh perusahaan dimana saya bekerja memberikan cuti unpaid leave selama satu tahun, tepatnya Oktober 2002- Oktober 2003.
Kami harus menerima kenyataan bahwa apa yang kami pikirkan, rencanakan selama ini tidaklah semulus yang kami harapkan. Hasil pemeriksaan baik terhadap saya dan suami bertambah buruk hasilnya. Sel telur hanya ada 4 buah dengan ukuran minim dan cepat matang artinya masa siap untuk pembuahan sangat pendek (7,7x9,0 mm, 14,4x 12,4 mm, 16,4x 9,9 mm, 24,4x 13,5 mm). sedangkan hasil washing sperma suami hanya 4% cepat lurus dari volume 5,1 mil, artinya tidak cukup untuk mampu membuahi sel telur.
Dokter spesialis kandungan, dokter Neurologi menyarankan agar kami mengadopsi anak telebih dulu sementara tetap dalam perawatan dokter. Dokter andorolo0gi secara jelas, tegas menyatakn bahwa kami sulit memperoleh keturunan. Hal ini seakan-akan melemparkan kami berdua ke dalam jurang yang sangat curam, teramat amat sakit dan seolah tiada daya lagi. Kami sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Dalam masa sulit dan kacau ini, banyak teman, saudara memberikan support baik doa dan info untuk mengadopsi anak. Ibu Dadvid Subiono mendokan saya agar dikaruniai anak dengan tumpang tangan diatas perut saya namun saat itu hati sya tidak mengamini karena merasa tidak mungkin.
Dalam pencarian untuk adopsi anak, baru kami sadari bahwa bukan hanya kami yang mengalami kesulitan mempunyai ketrunan sehingga kami menjadi terhibur. Pada tanggal 6 Oktoebr 2003 sebuah RS membrikan kabar bahwa ada seorang bayi perempuan yang bisa diadopsi namun sebenarnya ada keluarga yantg berhak sesuai “waiting list” yang mempunyai kesempatan 1x24 jam lagi untuk konfirmasi.
Tanggal 7 Oktober 2003 merupakan hari yang panjang dan sangat menegangkan. Doa saya kepada Tuhan: Tuhan antar bayi perempuan itu bagi kami. Harus……harus kami yang menjadi orangtuanya. Saya malah tidak menyerahkannya ke dalam kehendak-Nya.
Ternyata pihak RS memberitahukan melalui telpon kesuami saya ±pk. 14.00 bahwa Pasutri yang berhak sudah memproses adopsi bayi permepuan ini. Suami meberitrahu saya setelah usai makan malam dengan menghibur, “siapa tahu Tuhan memberikan kepada kita yang terbaik”. Tapi saya sangat sedih dan mengasihi diri sendiri mengapa Tuhan tidak mempercayai untuk menjadi orangtua yang menbgasihi anak orang lain?.
Saya meretapi kekecewaan ini hingga tiba-tiba jam 2 pagi, kami sepakat berdoa menghampiri hadirat-Nya memohon pengampunan atas kesombongan kami, sok kuasa kami terhadap hidup, seolah-olah apapun yang kami mau dan rencanakan semua harus bisa. Kami mohon ampun atas kebodohan ini dan mempersilakan Tuhan atur hidup kami. “jadilah Kehendak-Mu Tuhan karena kami ini milikmu!
Luar biasa dan ajaib kuasa Tuhan! Yang semula kami duga gejala menopose dini tapi melalui USG tanggal 22 Desember 2003 saya terbukti hamil antara 9-10 minggu. Kehamilan berjalan baik tidak ada keluhan apapun hingga persalinan di usia saya sudah 41 tahun. Bahkan semua biaya yang kami keluarkan bak mimpi kembali berlebihan secara ajaib. Kami menangis penuh syukur kepada Tuhan, saat kami benar-benar berserah maka kuasa Tuhan nyata dan bekerja mendatangkan kebaikan buat kami. Inani Solo.
(sumber: Reflecta edisi 145 Oktober 2007)

Tidak ada komentar: