Senin, 28 April 2008

Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali

Nama :Yunus Heri Purnomo

Judul Buku : KALI PERTAMA JUMPA YESUS KEMBALI

(Yesus sejarah dan Hakikat Iman Kristen Masa Kini )

Judul asli : Meeting Jesus Again for the First Time:

( The Historical Jesus & the heart of Contemporary Faith )

Pengarang : Marcus J. Borg

Penerjemah : Ioanes Rakhmat

Penerbit : BPK Gunung Mulia

=============================================================


A. Ringkasan Buku

Bertemu Yesus kembali pada masa kini akan membentuk citra Yesus yang baru dalam diri kita. Citra-citra yang kita bentuk terhadap Yesus seringkali tidak kita sadari bercampur dengan citra-citra kehidupan kristiani. Citra Yesus yang populer dan terbentuk kuat adalah bahwa Yesus adalah sebagai sang Anak Allah yang, dalam hidup-Nya di dalam sejarah dunia ini, bermaksud atau bertujuan untuk mati demi menanggung dosa-dosa dunia.

Inti amanat Yesus-pun bukanlah perihal untuk mempercayai diri-Nya. Namun, Ia dalah seorang manusia-roh, seorang bijak yang subversif, seorang nabi sosial dan pendiri gerakan. Gerakan-Nya ini mengundang para pengikut-Nya dan pendengar-Nya untuk masuk ke dalam suatu hubungan dengan Roh yang sma seperti yang Yesus sendiri kenal, hubungan yang menimbulkan perubahan-perubahan, dan ke dalam suatu paguyuban yang wawasan sosialnya dibentuk oleh nilai-nilai inti dai bela rasa.

Untuk lebih dalam mengenal Yesus kita perlu memahami kata kunci yang paling penting bagi Yesus: Roh dan bela rasa. Dengan bela rasa-Nya Yesus telah mendobrak batas-batas sosial keagamaan, dengan bela rasa Yesus menentang sistem ketahiran yang memisah-misahkan dan mengucilkan, dan dengan bela rasa Yesus menyatukan dan menerima. Gerakan Yesus adalah gerakan yang merobohkan sistem ketahiran dan digatikan dengan sistem bela rasa. Politik ketahiran digantikan politik bela rasa. Bagi Yesus bela rasa adalah tanda dari pertumbuhan kehidupan Roh, Karewan kehidupan Roh dimulai dengan suatu proses perubahan batiniah yang makin mendalam yang sifat utamanya adalah bela rasa.

Yesus juga dikenal sebagai pengajar hikmat. Namun Yesus bukanlah pengajar hikmat konvensional (hikmat yang umum dan lazim dipegangi). Yesus adalah pengajar hikmat alternatif dan subversif, hikmat yang menumbangkan hikmat konvensional. Hikmat ini berfungsi mempertanyakan dan merongrong hikmat konvensional dan mengajukan suatu jalan lain. Hikmat-Nya mengetengahkan “jalan sempit” yang membawa orang kepada kehidupan dan merobohkan “jalan lebar “ yang membawa orang kepada kebinasaan. Yesus bukan hanya seorang pengajar hikmat, gerakan Kristen awal menggambarkan Yesus sebagai seorang tokoh yang berhubungan erat dengan “hikmat Allah”. Yesus adalah penjelmaan atau inkarnasi “hikmat Allah”.

Untuk melihat citra-citra Yesus dan citra-citra kehidupan kristiani kita perlu memperluas kerangka kita dalam memandangnya dengan memasukan Alkitab sebagai suatu kesatuan, khusnya Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lma ada tiga “cerita-makro” yang membentuk Alkitab sebagai satu kesatuan. Dan masing-masing cerita ini mengungkapkan citra kehidupan keagamaan dengan suatu cara yang khusus. Dua dari antara cerita-cerita ini didasarkan pada sejarah Israel kuno: Cerita keluaran dari mesir, dan cerita tentang pembuangan di Babel dan kembali ke Palestinan. Yang ketiga, Cerita imamat, didasarkan bukan pada sejarah Israel kuno,melainkan pada suatu lembaga/pranata – yakni Bait Allah, imamat dan kurban. Ketiga cerita makro tersebut berpengaruh membentuk amanat Yesus, Perjanjian Baru dan teologi Kristen selanjutnya. Citra-citra Yesus dan citra-citra kehidupan kristiani-pun akhirnya terbentuk sedikit banyak terpengaruh dengan ketiga cerita makro ini.


B. Penilaian Buku

1. Kelebihan buku

  • Buku “Kali Pertama Berjumpa Yesus Kembali” merupakan buku yang sangat baik untuk kita merenung kembali tentang siapakah Yesus sebenarnya. Buku ini membuka mata dan hati kita untuk melihat Yesus bukan hanya sebagai juru selamat saja, tapi kita bisa lebih dalam lagi melihat Yesus sebagai seorang pembebas yang merobohkan sistem-sistem ketahiran yang mengekang kehidupan manusia dan mengantikannya dengan sistem bela rasa.

  • Dalam sissi penerjemahan Ioanes rakhmat sangat kreatif dengan memasukan terjemahan menurut LAI ( Lihat footnote no: 4 di halaman52-53 ) sehinga buku ini menjadi lebih mudah dipahami oleh pembaca di Indonesia.


2. Kelemahan Buku

  • Buku ini memang bagus, tapi ini adalah buku yang dibuat atas pergumulan di Amerika (asal penulis), maka tidak semua isi buku ini cocok dan relevan bagi pergumulan di Indonesia.



Tidak ada komentar: